clock

Sabtu, 29 Februari 2020

Me On Peribahasa (Part 3)

Assalamualaikum Teman – teman!
Welcome back to my meaningless blog


Me On Peribahasa



1. Semut Di Seberang Lautan Terlihat, Gajah Di Pelupuk Mata Tak terlihat

    Peribahasa ini menjelaskan tentang orang yang selalu mencari dan melihat kesalahan orang lain, tetapi ia tak menyadari kesalahannya sendiri. Kurang lebih seperti itulah tradisi masyarakat kita. Lebih mudah melihat kesalahan orang lain ketimbang menyadari kesalahan diri sendiri. Jaman sekarang ini memang seluruh lapisan masyarakat kita menyukai yang namanya Ghibah. Ghibah memang tidak memandang usia dan gender. Baik laki – laki ataupun perempuan, baik yang muda maupun yang tua, semua suka Ghibah. Tapi ya saya membicarakan aib orang lain itu memang nikmat. Tapi Ingat ya, hukum karma itu berlaku! (Ngomong ke diri sendiri)
Oke, Next!



2. Dunia Tak Selebar Daun Kelor

    Ini peribahasa yang menurut saya agak lucu. Kenapa Dunia ini diperbandingkannya dengan daun kelor. Padahal kan masih banyak dedaunan lain yang lebih lebar dan besar dari daun kelor, misalnya daun pisang. Dan kalaupun dunia ini tak selebar daun kelor, kan masih banyak daun yang lebih kecil dari daun kelor, misalnya daun putri malu, daun kentut – kentutan, atau daun bawang. Ya sebenernya sih peribahasa ini menceritakan tentang seseorang yang dipertemukan kembali dengan orang yang pernah ia kenal atau orang yang pernah ia temui. Yaa… macem kayak di sinetron atau FTV gitulah. Itu sih bukan dunianya yang sempit, tapi emang circle pertemanan lu yang cuma segitu – gitu aja. Next!



3. Pulang Malu Tak Pulang Rindu

    Pulang Malu Tak Pulang Rindu…
    Pada Siapa Aku Mengadu…
    Anak Siapa Pakai Kerudung…
    Mata Melirik Kaki Kesandung…

Yaa… Itulah sepenggal lirik lagu Indung – Indung dari Armada Band. Peribahasa yang satu ini mungkin adalah peribahasa yang paling populer. Mencari kata – kata ini sangatlah mudah, anda hanya perlu menyusuri jalur Pantura, niscahya mata anda akan dimanjakan dengan tulisan – tulisan seperti itu. Peribahasa ini biasanya menggambarkan tentang para perantau yang harus meninggalkan keluarga mereka untuk bekerja di luar kota ataupun luar negeri. Mungkin peribahasa inilah yang sangat menggambarkan keadaan hati mereka. Ingin pulang, tapi malu karena gak bawa uang. Tapi kalau tidak pulang, rasanya rindu.



4. Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh

    Bersatu kita teguh, bercerai kita kawin lagi (Bercandaan anak SD). Peribahasa ini menggambarkan tentang pentingnya persatuan, kalau istilah bahasa Inggrisnya itu “Together We Are Better”. Besok bayar ya Ter! Hari ini gratis (Jokes Tonight Show). Karena dalam segala aspek kehidupan, bersama – sama itu lebih baik daripada sendiri – sendiri. Dan saya sangat percaya itu. Karena apapun masalahnya, “minumnya Teh Botol Sosro!” Besok bayar ya Sro! (Jokes Tonight Show lagi). Oke, kita serius lagi ya! Apapun masalahnya akan lebih mudah dihadapi jikalau kita saling bergandeng tangan. Mari kita saling bergandeng tangan demi persatuan. Persetan dengan hari kemarin, Mari bersatu demi Indonesia yang lebih baik! BHAHAHAHAHA!!!



5. Berat Sama Dipikul, Ringan Sama Dijinjing
   
    Menurut saya sih, baik dipikul ataupun dijinjing itu sama – sama berat. Tapi ya kembali lagi, jika dipikul atau dijinjing secara bersama – sama, pasti akan jadi lebih ringan. Peribahasa ini sebenarnya menggambarkan tentang sukaduka bersama. Ketika suka, dinikmati bersama dan ketika duka, dihadapi bersama. Untuk melaksanakan peribahasa ini, sukaduka yang dirasakan tidaklah harus bersama pasangan saja, tapi bisa juga dengan keluarga, orang tua, teman, sahabat, dll. Ya… Intinya sih, segala sesuatunya itu harus dihadapi bersama baik diwaktu senang maupun diwaktu sedih. Jangan cuma mau ketika senangnya saja!


Oke, sekian dulu Me On Peribahasa kali ini. Saya akan lanjutkan dengan peribahasa – peribahasa lainnya di lain waktu.


Terima kasih!

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Minggu, 16 Februari 2020

Setelah Hujan


Setelah Hujan




Bukan…
Bukan ini yang kuinginkan
Bukan ini yang kurindukan
Bukan ini yang kuharapkan


Entah…
Entah dari mana sedih ini
Entah dari mana perih ini
Entah dari mana sakit ini


Mengapa…
Mengapa siksa
Mengapa nestapa
Mengapa petaka


Kapan…
Kapan ceria
Kapan suka
Kapan Bahagia


Mungkin setelah hujan.